DuniaTekno

Elon Musk dan 116 ahli robotika menyerukan pelarangan pengembangan robot pembunuh

Para ahli dibidang robotika dan kecerdasan buatan menyerukan kepada PBB untuk segera mengeluarkan larangan pengembangan dan penggunaan robot yang dapat digunakan untuk membunuh.

Pendiri Tesla, Elon Musk dan pendiri Alphabet, Mustafa Suleyman memimpin kelompok yang tediri dari 116 spesialis robotika dari 26 negara yang juga menyerukan pelarangan serupa.

PBB baru – baru ini melakukan diskusi formal mengenai senjata jenis terbaru ini termasuk penggunaan pesawat tanpa awak atau drone, tank dan senjata mesin otomatis lainnya. Sebelumnya sekelompok pendiri dan ahli dibidang kecerdasan buatan dan robotika mengirimkan surat terbuka kepada PBB untuk mencegah perlombaan senjata dunia yang kini tengah mengarah pada pengembangan robot – robot pembunuh.

Dalam surat tersebut, mereka memperingatkan bahwa jenis perlombaan senjata terbaru ini dapat menciptakan  revolusi ketiga dalam dunia peperangan setelah penemuan mesiu dan senjata nuklir. Menurut mereka, jika senjata mandiri yang mematikan ini dapat digunakan, maka akan ada konflik berskala lebih besar daripada yang pernah ada. Senjata jenis ini dapat digunakan untuk meneror umat manusia, senjata yang akan digunakan oleh para diktator dan teroris kepada masyarakat yang tak bersalah, dan senjata jenis ini dapat di retas, digunakan untuk hal – hal yang tidak diinginkan.

Sebelumnya para ahli telah memperingatkan bahwa perkembangan kecerdasan buatan telah mencapai titik dimana autonomous weapon atau senjata mandiri dapat diproduksi dan digunakan dalam beberapa tahun kedepan. Ketika kecerdasan buatan dapat digunakan untuk mendukung keamanan personel militer di medan perang, para ahli takut bahwa senjata ofensif yang dapat beroperasi secara mandiri dapat menyebabkan kerugian nyawa manusia yang lebih besar.

Surat tersebut pertama diperkenalkan pada pembukaan International Joint Conference on Artificial Intelligence (IJCAI) di Melbourne, dan didukung oleh figur – figur high-profile dibidang robotika yang menekankan pentingnya pelarangan ini.

Menurut Toby Walsh, Profesor dibidang Kecerdasan Buatan Univrsity of New South Wales di Sydney, hampir setiap teknologi dapat digunakan untuk hal baik dan buruk, dan kecerdasan buatan juga dapat digunakan untuk hal serupa. Dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi umat manusia kini, seperti kemiskinan, perubahan iklim dan krisis finansial dunia. Sebaliknya teknologi dan kecerdasan buatan juga dapat digunakan mengembangkan senjata mandiri untuk industrialisasi perang. Kini keputusan ada di tangan kita untuk memilih masa depan yang kita inginkan.

Pemerintah Inggris menentang keberadaan pelarangan senjata mandiri ini pada tahun 2015, menurut Inggris Hukum Kemanusiaan Internasional telah memberikan regulasi yang cukup untuk hal ini. Mereka juga menambahkan bahwa kini Inggris tidak mengembangkan senjata mandiri mematikan dan semua senjata yang digunakan oleh Inggris akan berada dibawah kontrol dan pengawasan manusia.

Fiksi Ilmiah atau Fakta Ilmiah?

The T-800 from the Terminator film franchise.
The T-800 from the Terminator film franchise. Photograph: Melinda Sue Gordon/Allstar/Paramount Pictures

Ketika mendengar “robot pembunuh” kebanyakan orang membayangkan gambaran robot dari film fiksi ilmiah seperti Terminator dan robot T-800 atau robot ED-209 di film Robocop. Di Korea Selatan senjata mandiri mematikan telah digunakan diperbatasan mereka dengan Korea Utara. Samsung SGR-A1 Sentry Gun, dilaporkan secara teknis dapat menentukan sasaran dan menembak secara mandiri.

SGR-A1 ini dikembangkan oleh Samsung untuk pemerintah Korea Selatan, dan yang pertama dalam jenisnya dengan sistem mandiri yang mampu melakukan pengintaian, pengenalan suara, pelacakan dan penembakan dan dilengkapi dengan senjata mesin atau peluncur granat.

Taranis drone Inggris, yang sedang dikembangkan oleh BAE Systems, di rancang untuk dapat melakukan penembakan udara ke udara, dan udara ke darat dan mampu menjelajah antar benua dan memiliki kecerdasan buatan mandiri. Direncakan dapat beroperasi setelah 2030 sebagai bagian dari Royal Air Force, dan untuk menggantikan pesawat – pesawat tempur Tornado GR4 yang dipiloti manusia.

Amerika Serikat, Russia dan beberapa negara lainnya dilaporkan juga sedang mengembangkan robot tank yang dapat dikendalikan secara remote atau beroperasi mandiri sepenuhnya.

 

Source
www.theguardian.com
Tags

Related Articles

Close