Pada tahun 1937, penerbang wanita bernama Amelia Earhart menghilang bersama pesawat dan navigatornya ketika melakukan penerbangan melintasi Samudera Pasifik. Sejak saat itu keberadaan Earhart menjadi misteri bagi banyak orang hingga menyebabkan munculnya berbagai teori dan konspirasi.
Ada teori yang meyakini bahwa pesawat penerbang wanita tersebut jatuh di sekitar pulau terpencil, dan Earhart akhirnya meninggal karena terdampar. Teori lain mengatakan bahwa Amelia Earhart ditangkap oleh pihak Jepang, kemudian mereka menggunakan pesawat Lockheed 10E Electra yang dipiloti Earhart sebagai model untuk merancang pesawat tempur buatan Jepang yang terkenal, Zero. Ada pula teori yang menyatakan bahwa sebenarnya Earhart adalah mata – mata yang diutus oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt, hingga akhirnya ditangkap dan dipenjara oleh Jepang, tetapi F.D Roosevelt tidak menolongnya.
Misteri hilangnya Amelia Earhart ini disejajarkan dengan berbagai misteri di dunia yang cukup populer dan menarik antusiasme penggemar teori konspirasi, seperti pembunuhan John F. Kennedy di tahun 1963, jatuhnya pesawat luar angkasa alien di Roswell, makhluk penghuni danau Loch Ness, dan masih banyak lagi.
Baru – baru ini, hasil mengejutkan dari sebuah penelitian diumumkan di jurnal forensik antropologi. Penelitian tersebut kembali meneliti sekumpulan tulang belulang yang ditemukan di Pulau Nikumaroro pada tahun 1940 dan Profesor Richard Jantz, salah satu peneliti menyatakan sangat mendukung kesimpulan bahwa tulang belulang tersebut adalah apa yang tersisa dari Amelia Earhart.
Pada tahun 1940, kelompok eksplorasi asal Inggris melakukan penjelajahan di Nikumaroro dan menemukan tulang manusia, sepatu wanita, peralatan Angkatan Laut yang biasa digunakan oleh Fred Noonan (navigator penerbangan Earhart) , dan sebuah botol minuman herbal yang biasa dibawa oleh Amelia Earhart.
Kelompok eksplorasi tersebut kemudian membawa tulang belulang yang mereka temukan ke Fiji, untuk di analisa oleh Dr D W Hoodless, yang kemudian menyimpulkan bahwa tulang tersebut adalah tulang pria.
Profesor Jantz mengatakan dalam jurnal bahwa ada kemungkinan Dr. Hoodless menyimpulkan hal yang salah, karena ilmu penelitian forensik antropologi pada awal abad ke-20 belum begitu maju.
Mengacu hasil pengukuran tulang Dr. Hoodless, Dr. Jantz menggunakan Fordisc, sebuah program komputer modern yang banyak digunakan oleh para ahli forensik antropologi.
Ironi, tulang belulang tersebut sayangnya telah hilang (lagi), sehingga tidak dapat dianalisa. Tetapi para peneliti menggunakan foto – foto dan hasil penelitian sebelumnya yang ada untuk mengukur dan mencocokan proporsi tubuh Amelia Earhart.
Didalam jurnal, Dr. Jantz mengatakan bahwa berbagai hasil dari penelitian yang dilakukanya menunjukkan bahwa tulang belulang tersebut adalah 99% sesuai dengan proporsi tubuh Amelia Earhart.
Jika memang benar bahwa tulang – tulang tersebut adalah Amelia Earhart maka teori bahwa Earhart meninggal karena terdampar terbukti benar adanya. Earhat dan navigatornya Fred Noonan, diketahui sedang terbang disekitar lokasi Pulau Nikumaroro ketika menghilang dalam usaha penerbangan keliling dunia mereka.