Tsar Bomba, raja bom yang menghasilkan ledakan nuklir terdasyat
Bom hidrogen yang diledakkan Korea Utara di bawah tanah, Minggu (03/09), diduga sebagai ledakan nuklir terbesar sejauh ini.
Sebagian orang memperkirakan besarnya 100 kiloton, atau lima kali lebih besar dibandingkan Fat Boy, bom yang dijatuhkan di Nagasaki oleh Amerika Serikat pada 1945 dan menewaskan 70.000 orang secara langsung.
Namun kekuatan ini tak seberapa dibandingkan dengan ledakan Tsar Bomba -Raja Bom- yang dijatuhkan Uni Soviet pada 1961 di puncak perlombaan senjata nuklir.
Bom hidrogen itu memiliki kekuatan 50.000 kiloton atau 50 megaton.
Sejumlah laporan menyebutkan Tsar Bomba menghancurkan semua gedung dalam jarak 55 km di tempat ledakan di Sukhoy Nos, di kawasan Arktika Novaya Zemlya.
Gedung-gedung hancur dan kaca jendela gedung yang berjarak ratusan kilometer hancur. Sejumlah laporan menyebutkan jendela-jendela di Finlandia dan Norwegia juga pecah dan getaran gelombang akibat ledakan itu mengitari bumi tiga kali.
Bom ini memang besar dengan berat 27 ton, panjang 8 meter dan diterjunkan dengan parasut dari pesawat berawak. Awak pesawat disebutkan selamat walaupun sulit dipastikan.
AS negara yang gunakan nuklir pada perang
Bom besar ini diketahui kemudian lebih kuat dan dirancang dengan ledakan sebesar 100 megaton namun diturunkan untuk mencegah dampak nuklir yang mempengaruhi lebih banyak orang.
Uni Soviet melakukan beberapa kali uji coba senjata nuklir besar pada tahun 1960-an di Novaya Zemlya dengan kekuatan ledakan antara 20-24 megaton.
Namun lebih dari setengah dari 2.000 ledakan nuklir sejak dimulainya uji nuklir pada Juli 1945, dilakukan oleh Amerika Serikat, yang merupakan satu-satunya negara yang menggunakan senjata nuklir dalam perang.
Pada November 1952, Amerika meledakkan bom hidrogen -senjata nuklir yang jauh lebih kuat dibandingkan bom atom. Dengan nama sandi Ivy Mike, senjata seberat 82 ton ini diledakkan di Kepulauan Marshall di Samudra Pasifik.
Kekuatan ledakannya 10 megaton dan tayangan arsip menunjukkan para pengamat menyaksikannya dari kapal militer yang berjarak sekitar 50 km.
Harold Agnew, pakar fisika dan tokoh program nuklir AS, berada di kapal itu dan mengatakan, “Sesuatu yang tak pernah saya lupa adalah panas. Bukan ledakan… panasnya tetap dirasakan, terus dan terus. Pengalaman yang cukup menakutkan.”
Kepulan asap akibat ledakan dengan ketinggian 50 km dan luas 100 km dan menghancurkan total pulau Elugelab.
Namun senjata nuklir terbesar yang pernah diledakkan AS adalah Castle Bravo pada 1954 di pulau karang Bikii di Kepulauan Marshall.
Castle Bravo paling diingat karena dampaknya yang tidak diperkirakan sebelumnya. Awalnya ledakannya diperkirakan sekitar 5.000 kiloton namun para ilmuwan salah hitung dan getarannya tiga kali lipat lebih kuat.
Kepulan akibat ledakan ini lebih dari tujuh kilometer luasnya dan radiasinya menyebar 11.000 kilometer persegi.
Penduduk di seputar diungsikan dan banyak yang tak pernah kembali karena dampaknya lebih luas dari yang diperkirakan.
Pada hari-hari berikutnya, ratusan orang di seputar pulau karang terkena dampak radiasi, termasuk awak kapal ikan Jepang.
Pada 1997, Badan Atom International mengatakan Pulau Karang Bikini ‘tak boleh dihuni lagi karena kondisi radiologi yang terjadi’.