Hiburan

Mengerti Spongebob, Mengerti Kebahagiaan

Kompasiana – Usah diragukan, Spongebob Squarepants sebagai serial animasi paling populer di semesta Nickelodeon. Sejak ia lahir dalam jagat animasi tahun 1999 dan bertengger hingga kini, balada spons kuning ini tidak hanya membawa penonton menyelam ke dasar laut Bikini Bottom, namun kita juga tertarik untuk menyelaminya secara filsafat. Para tokoh kartun ini mampu merefleksikan siapa kita.

Bikini Bottom adalah sebuah kota di dasar laut bersama langit yang dipenuhi bunga. Di sanalah Spongebob tinggal. Entah bagaimana benda ajaib ini bisa tercemplung ke sana dan menjadi warga biota laut serta berbicara.

Ia tinggal di dalam rumah berbentuk nanas di Jalan Conch Nomor 124, Bikini Bottom dan bertetangga dengan Squidward Tentacles, seekor gurita penghuni rumah mirip patung Easter Island. Tetangga lainnya adalah Patrick si bintang laut lugu yang tinggal di balik batu.

Spongebob, sebagai tokoh utama adalah pribadi yang baik, mudah diajak berteman, dan optimistis. Dia juga memelihara seekor siput yang bernama Gary. Pekerjaannya sehari-hari adalah koki di rumah makan Krusty Krab.

Spongebob mendapat penghargaan Employee of the Month  374 kali berturut–turut, yang terkenal dengan burgernya Krabby Patty. Dia juga bersekolah di Mrs. Puff Boating School, sekolah mengemudi Nyonya Puff.

Karakter si spons mandi yang unik ini dibahas secara filosofis oleh Hasbi Ilham Hakim dalam tulisannya berjudul Spongebobisme: Menelisik Filsafat Sufistik dalam Spongebob.

Tak usah dibantah bahwa Spongebob adalah makhluk yang paling bahagia: Pursuit of Happiness. Meskipun dalam beberapa adegan ia tampak depresi dengan menyeret wajahnya ke lantai.

Yang terpenting sebenarnya, ia menjadikan kebahagiaan sebagai tonggak dan tujuan utama kehidupan tanpa dendam dan sakit hati.

Puncak kebahagiaannya bukan pada uang seperti Tuan Krabs, kekuasaan seperti Plankton, dan kehormatan seperti Squidward.

Aristoteles mengutarakan bahwa kehidupan yang berkualitas ialah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan.

Ia pun menggambarkan bahwa kebahagiaan berstatuskan eudaimonia, yang berarti hidup dengan baik, hidup penuh keseimbangan dan tidak berlebihan.

Aristoteles memandang bahwa kebahagiaan berasal dari idenya tentang kebaikan dan kejahatan.

Kejahatan sendiri bersumber dari sesuatu yang berlebihan, seperti halnya Tuan Krabs yang berlebihan mengejar harta, dan ia merupakan pengungkapan bahwa dirinya tidak dapat mengontrol diri sendiri.

Dalam episode “Dying for Pie”, ketika Spongebob memakan bom pie pemberian Squidward yang culas, dan ia tahu konon akan meledak di sore hari nanti, alih-alih mengecam Squidward, ia berkata, “Bila aku mati, meledak berkeping-keping karena kecerobohan seorang teman, baiklah tak apa-apa”.

Menurut penulisnya Joseph J. Foy, Spongebob dalam episode itu, merasakan bahwa hidupnya telah lengkap dan penuh berkecukupan. Ia tidak membutuhkan sesuatu apapun untuk bahagia, dan kebahagiaan yang ia miliki tidak membutuhkan suatu alasan.

Hasbi menyebut, Spongebob tergambarkan jelas dalam konsep utama sufisme yang diusung oleh Al-Ghazali. Self-Mastering, sebagai jalan menuju kebahagiaan abadi: pengetahuan Tuhan dan pengetahuan diri.

Maka Sponge dari sisi ini adalah seorang dengan derajat mulia meskipun ia absurd dan konyol.

Ia sangat berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya dari kacamata filsafat dan siapa tokoh di baliknya (saya terinspirasi dari tulisan status Sukma Cintami dalam Forum Diskusi Sains dan Filsafat).

Spongebob memiliki karakter yang berpedoman pada filsafat Absurdisme. Ia berontak melawan absurditas dan mengelola setiap keanehan dalam hidupnya dengan cara menikmatinya seperti Albert Camus.

Spongebob pernah disulap menjadi lebih tampan dengan rambut rapi dan wajah yang bulat serta tubuh yang tidak dipenuhi banyak lubang, tapi ia memilih sediakala, sebagai apa adanya.

Lalu Squidward si gurita  anti sosial, kutu buku dan sinistis, adalah karakter yang menderita krisis Eksistensial akut juga Nihilisme.

Squidward sendiri merupakan perpaduan seseorang yang obsesif terhadap filosof Kierkegaard dan Nietzsche.

Jika Anda bertetangga dengannya dan rumah Anda kebakaran, Squidward butuh waktu beberapa menit untuk beranjak dari dipannya lalu berteriak, “siapa yang berisik di luar sana, kalian menganggu istirahat saya. Hentikan semua kebodohan ini!”.

Ia butuh pengakuan, suka bermain klarinet walaupun musik yang dilagukannya buruk. Ia sendiri menganggap dirinya seorang seniman hebat dan orang yang pintar.

Tuan Krabs pula adalah karakter materialistis sejati yang menuhankan uang. Kepiting merah veteran perang ini adalah seorang kapitalis murni, yang mampu menghidu bau uang dari jarak yang tak bisa diduga. Ia menyerap dan melencengkan filsafat Adam Smith.

Plankton, makhluk super mini dengan karakter genius yang penuh siasat. Ia begitu iri dengan monopoli bisnis dan kapitalisme Tuan Krabs dan selalu ingin menghancurkan usaha Krusty Krab dengan cara mencuri formula rahasia Krabby Patty. Meski tidak seluruhnya benar, ia hampir menyerupai sosok Komunis sejati yang terobsesi kepada filsafat Karl Marx.

Sandy si tupai betina, adalah karakter yang mahir bela diri serta sangat mencintai sains dan teknologi. Dengan itu ia mampu mengakses Bikini Bottom untuk berteman dengan Spongebob.

Sandy adalah contoh seorang penganut rasionalis yang terdampar dari habitat aslinya yakni daratan Texas. Sandy mirip perpaduan antara Lara Croft dalam Tomb Raider dengan industrialis Elon Musk.

Terakhir adalah Patrick, si bintang laut berbadan tambun. Ia memiliki karakter konyol, merepotkan dan agak terbelakang (down syndrome).

Sulit mencari padanan filosof atau tokoh untuknya. Ia berteman tanpa syarat bersama Spongebob untuk sesekali menangkap ubur-ubur dan bermain gelembung serta aneka aksi konyol lainnya.

Hanya Spongebob yang bebas nilai dapat menerima Patrick sediakala, jika bersama yang lain terutama Squidward ia pasti akan dijauhkan, sejauh yang dia bisa.

Dapat dipastikan, Squidward adalah pria yang paling tidak dicintai di Bikini Bottom. Karena mengutip Friedrich Nietzsche, Anda harus belajar menjadi spons, jika Anda ingin dicintai oleh hati yang meluap.

Artikel asli ditulis oleh Muhammad Natsir Tahar di Kompasiana

Source
Kompasiana
Tags

Related Articles

Close